TEORI BELAJAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT JEROME SEYMOUR BRUNER (BRUNER)
Assalamualaikum Wr.Wb
Hallo teman-teman semua :).Teman-teman disekolah pasti mempelajari matematika kan ? Nahh tapi teman-teman tau tidak kalau dalam pembelajaran itu terdapat teorinya lohh.Salah satu akan di bahas kali tentang Teori Pembelajaran Matematika menurut Bruner,Pasti teman-teman penasaran Siapa Bruner ? Apa aja teorinya ? Apakah teman-teman menggunkannya disekolah ? Yukkk kita simak blog nya enjoyy :)
A. BIOGRAFI JEROME S. BRUNER (BRUNER)
Jerome
Seymour Bruner dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1915,di New York City. Untuk orang tua imigrasi Polandia,
Herman dan Rose (Gluckmann). Dia dilahirkan buta dan tidak melihat sampai
setelah dioperasi katarak ketika ia masih seorang bayi. Dia menghadiri sekolah
negeri, lulusan dari sekolah menengah pada tahun 1933, dan memasuki Duke
University dimana dia majored in psychology. Penghasilan yang digelar AB 1937.
Bruner kemudian diikuti tamat belajar di Harvard University, menerima MA tahun
1939 dan memperoleh Ph.D di Harvard University tahun 1941. Selama perang Dunia
II, dia bertugas dibawah Jenderal Eiseenhower dalam Psychological Warfare
divisi supreme markas bersekutu Expeditionary Force Eropa. Setelah perang ia
bergabung dengan fakultas di Harvard University pada tahun 1945.Kontribusi
terkemuka psikolog Bruner yang dibuat kepada study persepsi, pengamatan dan
pendidikan.
Jerome
Seymour Bruner adalah salah satu yang paling dikenal dan berpengaruh psikologi
pada abad ke-20. dia adalah salah satu tokoh kunci dalam apa yang disebut
“Revolusi Kognitif” tetapi bidang pendidikan yang telah ia mempengaruhi
terutama dirasakannya buku proses pendidikan dan menuju sebuah Theory of
intrucsi telah bekerja pada banyak membaca dan menjadi dikenal sebagai klasik
dan dia bekerja pada program study social-man : A course of study dipertengahan
tahun 1960-an di tenggara dalam mengembangkan kurikulum. Bruner telah dating
menggigihkan ‘kognitif revolusi” untuk melihat dan memiliki bangunan dari
budaya psikologi yang mengambil tepat tentang sejarah dan konteks sosial dari
peserta.
Beliau bertugas sebagai professor
psikologi di University Harvard Amerika Serikat dan dilantik sebagai pengarah
dipusat pengajaran kognitif dari tahun 1961 hingga 1972, dan memainkan peranan
penting dalam struktur projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau
menjadi seorang professor psikologi di University Oxford di England.
Pada
tahun 1962 Jerome S Bruner menjabat sebagai direktur pusat untuk study konitif,
Universitas Harvard. Merekomendasikan rancangan perkembangan kognitif untuk
merancang kurikulum. Seperti halnya John dewey, Bruner menggambarkan orang yang
berpengetahuan itu sebagai seseorang yang terampil dalam memecahkan masalah,
artinya ialah ia berinteraksi dengan lingkungannya dalam menguji hipotesa dan
menarik generalisasi. Karena itu, tujuan pendidikan seharusnya ialah
perkembangan INTELEK. Selanjutnya, kurikulum itu seharusnya mendidik pengembangan dan penyelidikan (inkuiri) dan penemuan (discovery).
B. TEORI DISCOVERY BRUNER
Teori
belajar Discovery menurut Bruner adalah proses memperoleh informasi baru,
transformasi informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan, teori
belajar penemuan yang ditemukan oleh Bruner adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan melalui proses intuitif (yang disesuiakan dengan kemampuan
masing-masing) untuk akhirnya sampai kepada sesuatu kesimpulan yang disebut dengan
istilah discovery learning.
Sebagai
psikolog Bruner lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental. Berkaitan
masalah pengajaran, ia mengemukakan dalil tentang intruksi. Ada dua sifat dalam
teori intruksi yaitu :
1.
Preskriptif
Berhubungan
dengan mekanisme penguasaan pengetahuan, keterampilan dan tekhnik pengukuran
atau evaluasi hasil.
2.
Normative
Berhubungan
dengan penguasaan penentuan dan kondisi tujuan.
Proses belajar discovery memiliki
prisnsip-psinsip sebagai berikut:
1. Semakain tinggi tingkat
perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pula ketidak tergantungan
individu terhadap stimulus yang diberikan.
2. Pertumbuhan seseorang tergantung
pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi.
Data yang diterima orang dari luar perlu diolah secara mental.
3. Perkembangan intelektual
meliputi peningkatan kemampuan untuk mengutarakan pendapat dan gagasan melalui
simbol.
4. Untuk mengembangkan kognitif
seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara pengajar dan yang peserta
didik.
5. Perkembangan kognitif
meningkatkan kemampuan seseorang untuk memikirkan beberapa alternative secara
serentak, memberikan perhatian kepada beberapa stimulus dan situasi serta
melakukan kegiatan-kegiatan.
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF MANUSIA MENURUT BRUNER
1.
Tahap enaktif,
Dalam
tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung
terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar
sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
Contoh : Terdapat 5 ekor kucing (dapat menggunakan
boneka atau gambar)
2.
Tahap Ikonik,
Suatu
tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery),
gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi
kongkret yang terdapat pada tahap enaktif
Bahasa
menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. Kemudian seseorang mencapai
masa transisi dan menggunakan penyajian ikonik yang didasarkan pada pengindraan
kepenyajian simbolik yang didasarkan pada berpikir abstrak.
Contoh
:
Dari
kegiatan mengamati, atau mengotak-atik kelinci atau gambar kucing pada tahap
enaktif diatas, misalkan siswa dapat menyimpulkan bahwa kucing mempunyai
2 buah daun telinga, 4 buah kaki, 1 buah ekor, dan 2 buah mata.
3.
Tahap Simbolik
Dalam
tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbulsimbul
atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objekobjek
seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan
notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.
Contoh
:
Dari tahap enaktif dan
ikonik diatas dapat diambil informasi
Banyaknya kaki dari
kelima kucing adalah 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20 = 5 x 4
Banyaknya ekor dari
kelima kucing adalah 1 + 1 + 1 + 1 +
1= 5 = 5 x 1
Banyaknya mata dari
kelima kucing adalah 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 10 = 5 x 2
D. IMPLIKASI TEORI BRUNER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh Bruner
dan Kenney, pada tahun 1963 kedua pakar tersebut mengemukakan empat
teorema/dalil-dalil berkaitan dengan pembelajaran matematika yang masing-masing
mereka sebut sebagai ”teorema atau dalil”.
1.
Dalil Konstruksi / Penyusunan
(Contruction Theorem)
Di
dalam teorema kontruksi dikatakan bahwa cara yang terbaik bagi seseorang siswa
untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam Matematika adalah dengan
mengkontruksi atau melakukan penyusunan sebagai sebuah representasi dari konsep
atau prinsip tersebut
Contoh
:
Memahami
konsep penjumlahan misalnya 5 + 4 = 9, siswa bisa melakukan dua langkah
berurutan, yaitu 5 kotak dan 4 kotak, cara lain dapat direpresentasikan dengan
garis bilangan.
2.
Dalil Notasi (Notation Theorem)
Representasi
dari sesuatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di
dalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa.
Contoh:
untuk siswa sekolah
dasar, yang pada umumnya masih berada pada tahap operasi kongkret, soal
berbunyi; ”Tentukanlah sebuah bilangan yang jika ditambah 3 akan menjadi 8”,
akan lebih sesuai jika direpresentasikan dalam diberikan bentuk ... + 3 = 8
atau + 3 = 8
atau a + 3 = 8
Notasi
yang dibeikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling
sederhana sampai yang paling sulit.
3.
Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contrast
and Variation Theorem)
Dikemukakan
bahwa sesuatu konsep Matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila
konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain, sehingga perbedaan
antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.
Contoh
:
Pemahaman
siswa tentang konsep persegi dalam geometri akan menjadi lebih baik jika konsep
persegi dibandingkan dengan konsep-konsep geometri yang lain, misalnya
persegipanjang, jajarangenjang, belahketupat, dan lain-lain.
4.
Dalil Konektivitas atau Pengaitan
(Connectivity Theorem)
Setiap
konsep, setiap prinsip, dan setiap ketrampilan dalam matematika berhubungan
dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan yang lain.
Adanya hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
ketrampilanketrampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang matematika
menjadi jelas.
Contoh
:
Misalnya
konsep Dalil Pythagoras diperlukan untuk menentukan Tripel Pythagoras.
Sekian dari saya,semoga dengan membaca blog ini dapat bermanfaat untuk teman-teman semua & menambah informasi:).Terus SEMANGAT BELAJAR !!!
Wassalamualaikum Wr.Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar