Minggu, 16 Juni 2019

TEORI BELAJAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT JEROME SEYMOUR BRUNER (BRUNER)


Assalamualaikum Wr.Wb
Hallo teman-teman semua :).Teman-teman disekolah pasti mempelajari matematika kan ? Nahh tapi teman-teman tau tidak kalau dalam pembelajaran itu terdapat teorinya lohh.Salah satu akan di bahas kali tentang Teori Pembelajaran Matematika menurut Bruner,Pasti teman-teman penasaran Siapa Bruner ? Apa aja teorinya ? Apakah teman-teman menggunkannya disekolah ? Yukkk kita simak blog nya enjoyy :)


A. BIOGRAFI JEROME S. BRUNER (BRUNER)






Jerome Seymour Bruner dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1915,di New York City. Untuk orang tua imigrasi Polandia, Herman dan Rose (Gluckmann). Dia dilahirkan buta dan tidak melihat sampai setelah dioperasi katarak ketika ia masih seorang bayi. Dia menghadiri sekolah negeri, lulusan dari sekolah menengah pada tahun 1933, dan memasuki Duke University dimana dia majored in psychology. Penghasilan yang digelar AB 1937. Bruner kemudian diikuti tamat belajar di Harvard University, menerima MA tahun 1939 dan memperoleh Ph.D di Harvard University tahun 1941. Selama perang Dunia II, dia bertugas dibawah Jenderal Eiseenhower dalam Psychological Warfare divisi supreme markas bersekutu Expeditionary Force Eropa. Setelah perang ia bergabung dengan fakultas di Harvard University pada tahun 1945.Kontribusi terkemuka psikolog Bruner yang dibuat kepada study persepsi, pengamatan dan pendidikan.
Jerome Seymour Bruner adalah salah satu yang paling dikenal dan berpengaruh psikologi pada abad ke-20. dia adalah salah satu tokoh kunci dalam apa yang disebut “Revolusi Kognitif” tetapi bidang pendidikan yang telah ia mempengaruhi terutama dirasakannya buku proses pendidikan dan menuju sebuah Theory of intrucsi telah bekerja pada banyak membaca dan menjadi dikenal sebagai klasik dan dia bekerja pada program study social-man : A course of study dipertengahan tahun 1960-an di tenggara dalam mengembangkan kurikulum. Bruner telah dating menggigihkan ‘kognitif revolusi” untuk melihat dan memiliki bangunan dari budaya psikologi yang mengambil tepat tentang sejarah dan konteks sosial dari peserta. Beliau bertugas sebagai professor psikologi di University Harvard Amerika Serikat dan dilantik sebagai pengarah dipusat pengajaran kognitif dari tahun 1961 hingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang professor psikologi di University Oxford di England.
Pada tahun 1962 Jerome S Bruner menjabat sebagai direktur pusat untuk study konitif, Universitas Harvard. Merekomendasikan rancangan perkembangan kognitif untuk merancang kurikulum. Seperti halnya John dewey, Bruner menggambarkan orang yang berpengetahuan itu sebagai seseorang yang terampil dalam memecahkan masalah, artinya ialah ia berinteraksi dengan lingkungannya dalam menguji hipotesa dan menarik generalisasi. Karena itu, tujuan pendidikan seharusnya ialah perkembangan INTELEK. Selanjutnya, kurikulum itu seharusnya mendidik pengembangan dan penyelidikan (inkuiri) dan penemuan (discovery).

B. TEORI DISCOVERY BRUNER


Teori belajar Discovery menurut Bruner adalah proses memperoleh informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan, teori belajar penemuan yang ditemukan oleh Bruner adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif (yang disesuiakan dengan kemampuan masing-masing) untuk akhirnya sampai kepada sesuatu kesimpulan yang disebut dengan istilah discovery learning.
Sebagai psikolog Bruner lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental. Berkaitan masalah pengajaran, ia mengemukakan dalil tentang intruksi. Ada dua sifat dalam teori intruksi yaitu :
1.      Preskriptif
Berhubungan dengan mekanisme penguasaan pengetahuan, keterampilan dan tekhnik pengukuran atau evaluasi hasil.
2.      Normative
Berhubungan dengan penguasaan penentuan dan kondisi tujuan.
Proses belajar discovery memiliki prisnsip-psinsip sebagai berikut:
1. Semakain tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pula ketidak tergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan.
2. Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi. Data yang diterima orang dari luar perlu diolah secara mental.
3. Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk mengutarakan pendapat dan gagasan melalui simbol.
4. Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara pengajar dan yang peserta didik.
5. Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk memikirkan beberapa alternative secara serentak, memberikan perhatian kepada beberapa stimulus dan situasi serta melakukan kegiatan-kegiatan.

C. PERKEMBANGAN KOGNITIF MANUSIA MENURUT BRUNER


1.    Tahap enaktif,
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. 
Contoh : Terdapat 5 ekor kucing (dapat menggunakan boneka atau gambar)

2.    Tahap Ikonik,
Suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif
Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. Kemudian seseorang mencapai masa transisi dan menggunakan penyajian ikonik yang didasarkan pada pengindraan kepenyajian simbolik yang didasarkan pada berpikir abstrak.
Contoh :
Dari kegiatan mengamati, atau mengotak-atik kelinci atau gambar kucing pada tahap enaktif diatas, misalkan siswa dapat menyimpulkan bahwa kucing mempunyai 2 buah daun telinga, 4 buah kaki, 1 buah ekor, dan 2 buah mata.

3.    Tahap Simbolik
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbulsimbul atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objekobjek seperti pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.
Contoh :
Dari tahap enaktif dan ikonik diatas dapat diambil informasi
Banyaknya kaki dari kelima kucing adalah   4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20  = 5 x 4
Banyaknya ekor dari kelima kucing adalah  1 + 1 + 1 + 1 + 1=  5 = 5 x 1
Banyaknya mata dari kelima kucing adalah  2 + 2 + 2 + 2 + 2 =  10 = 5 x 2


     D.    IMPLIKASI TEORI BRUNER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA



Eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh Bruner dan Kenney, pada tahun 1963 kedua pakar tersebut mengemukakan empat teorema/dalil-dalil berkaitan dengan pembelajaran matematika yang masing-masing mereka sebut sebagai ”teorema atau dalil”.
1.  Dalil Konstruksi / Penyusunan (Contruction Theorem)
Di dalam teorema kontruksi dikatakan bahwa cara yang terbaik bagi seseorang siswa untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam Matematika adalah dengan mengkontruksi atau melakukan penyusunan sebagai sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut
Contoh :
Memahami konsep penjumlahan misalnya 5 + 4 = 9, siswa bisa melakukan dua langkah berurutan, yaitu 5 kotak dan 4 kotak, cara lain dapat direpresentasikan dengan garis bilangan.

2.  Dalil Notasi (Notation Theorem)
Representasi dari sesuatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Contoh:
untuk siswa sekolah dasar, yang pada umumnya masih berada pada tahap operasi kongkret, soal berbunyi; ”Tentukanlah sebuah bilangan yang jika ditambah 3 akan menjadi 8”, akan lebih sesuai jika direpresentasikan dalam diberikan bentuk ... + 3 = 8 atau      + 3 = 8 atau a + 3 = 8
Notasi yang dibeikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.

3.       Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contrast and Variation Theorem)
Dikemukakan bahwa sesuatu konsep Matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain, sehingga perbedaan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.
Contoh :
Pemahaman siswa tentang konsep persegi dalam geometri akan menjadi lebih baik jika konsep persegi dibandingkan dengan konsep-konsep geometri yang lain, misalnya persegipanjang, jajarangenjang, belahketupat, dan lain-lain.

4.       Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Connectivity Theorem)
Setiap konsep, setiap prinsip, dan setiap ketrampilan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan yang lain. Adanya hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilanketrampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang matematika menjadi jelas.
Contoh :
Misalnya konsep Dalil Pythagoras diperlukan untuk menentukan Tripel Pythagoras.


Sekian dari saya,semoga dengan membaca blog ini dapat bermanfaat untuk teman-teman semua & menambah informasi:).Terus SEMANGAT BELAJAR !!!
Wassalamualaikum Wr.Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL HOTS : FUNGSI KUADRAT

Assalamualaikum wr.wb pada kesempatan kali ini saya akan membahas SOAL HOTS "Fungsi Kuadrat",Yukk Disimakkk :) SOAL HOTS FUNGSI ...